Senin, 15 Desember 2008

JANIN "HILANG" KARENA TAK BERKEMBANG

"Pak, usia kandungan saya sekarang sudah 3 bulan lebih. Saat ini timbul perdarahan sedikit dari kemaluan. Namun menurut bidan yang memeriksa, diduga tak ada janin dalam kandungan saya. Mengapa ini bisa terjadi?"

Ibu mana yang tidak kecewa kehilangan janinnya? Padahal di bulan-bulan sebelumnya ia sudah mengalami morning sickness bahkan mengidam. Hasil test pack juga menunjukkan dirinya positif hamil. "Teman saya bilang, janin saya diculik jin, tapi saya tak percaya 100 persen. Sebenarnya apa yang terjadi?" lanjut sang ibu.

Memang betul, kondisi kehamilan yang dialami ibu tersebut terkesan tidak wajar. Namun bukan berarti ada hal-hal berbau mistik/supranatural di balik itu. Dari kajian medis, apa yang dialaminya dikenal dengan istilah blighted ovum. Inilah kondisi kehamilan dimana janin tidak berkembang sempurna akibat telur yang telah dibuahi gagal tumbuh menjadi janin.

Sayangnya, hingga sekarang masih belum tersedia teknologi untuk mendeteksi dini kehamilan blighted ovum. Pemeriksaan USG transvaginal memang dapat menunjukkan kecurigaan ke arah itu. Namun tindakan tersebut baru bisa dilakukan saat kehamilan memasuki usia 6-7 minggu. Saat itu diameter kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16 milimeter sehingga bisa terlihat lebih jelas. Dari situ juga akan tampak, adanya kantung kehamilan yang kosong alias tidak didiami janin.

PENGARUH HORMON

Meski tak ada janin, blighted ovum bisa membuat ibu merasa hamil sungguhan. Ini wajar saja karena ibu memang mengalami beberapa gejala kehamilan, seperti menstruasi terhenti, mengalami mual dan muntah, perut makin membesar dan payudara mengeras. Bahkan hasil pemeriksaan air seni melalui test pack maupun laboratorium, bisa saja menunjukkan hasil positif.

Mengapa bisa seperti itu? Begini penjelasan ilmiahnya. Pada saat pembuahan, sel telur yang matang dan siap dibuahi bertemu sperma. Namun dengan berbagai penyebab (di antaranya kualitas telur/sperma yang buruk, atau terdapat infeksi TORCH), maka unsur janin tidak berkembang sama sekali. Hasil konsepsi ini akan tetap tertanam di dalam rahim. Lalu rahim yang berisi hasil konsepsi tersebut akan mengirimkan sinyal pada indung telur dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon yang dikirimkan oleh hasil konsepsi tersebut akan menimbulkan gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan lainnya yang lazim dialami ibu hamil pada umumnya.

Karena gejalanya yang tidak spesifik, maka biasanya blighted ovum baru ditemukan setelah ibu hamil mengeluh adanya perdarahan sedikit dari kemaluan. Perlu diketahui juga, perut yang membesar seperti orang hamil, tidak hanya bisa disebabkan blighted ovum. Mungkin saja ada penyakit lain misalnya tumor rahim atau penyakit usus.

PENANGANAN BLIGHTED OVUM

Jika telah ditegakkan diagnosis blighted ovum, berikut tindakan selanjutnya yang dianjurkan:

1. Mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim

Keadaan janin gagal tumbuh biasanya akan menimbulkan keguguran spontan. Kalaupun tidak, begitu ada kecurigaan terjadinya blighted ovum, tetap perlu dilakukan penguretan. Tindakan ini bermanfaat untuk menghindari perdarahan atau infeksi yang mungkin terjadi jika kelak si ibu benar-benar hamil. Hasil kuretase selanjutnya akan diperiksa/dianalisa untuk memastikan apa penyebab blighted ovum.

2. Mencari penyebab

Penyebab blighted ovum cukup beragam, di antaranya

kelainan kromosom, rendahnya kadar hormon beta HCG, kualitas sperma atau sel telur yang buruk, embrio mengandung cacat berat sehingga gagal tumbuh, infeksi bakteri streptokokus, infeksi virus rubela dan toksoplasma. Melalui berbagai pemeriksaan bisa diketahui penyebab mengapa janin gagal tumbuh.

Jika disebabkan kelainan kromosom, maka tidak banyak yang bisa dilakukan karena sudah merupakan kelainan bawaan. Namun jika karena infeksi TORCH atau streptokokus, masih dapat diobati agar kehamilan seperti ini tidak terulang kembali. Dengan kata lain, setelah menjalani pengobatan atau terapi dengan baik, tidak tertutup peluang bagi ibu untuk dapat hamil yang sebenarnya.



Senin, 01 Desember 2008

KESEHATAN SISTEM PERKEMIHAN (GINJAL)


Wow.... data penyakit perkemihan khususnya penyakit ginjal (gagal ginjal) dari tahun ketahun semakin meningkat. Banyak sebab yang mempengaruhi penyakit ini semakin banyak diderita oleh masyarakat kita, salah satunya masyarakat belum mengetahui mengenai penyakit ginjal, hal ini terkait keterbatasan masyarakat kita dalam memperoleh informasi mengenai kesehatan ginjal.
Maka untuk mengurangi penyakit ini (walaupun hanya sekian persen) maka diharapkan tenaga kesehatan (tidak hanya perawat) dapat memberikan informasi mengenai penyakit ginjal. Coba kita telusuri, kita bayangkan jika penderita gagal ginjal kronik (GGK) harus menggantungkan hidupnya melalui Hemodialisa (Cuci darah) akibat ginjal tidak bisa berfungsi lagi.
Posted: Sri Hananto Ponco Nugroho, S.Kep, Ns

Minggu, 21 Oktober 2007

KAMPUSIANA Pelatihan BTCLS Unimus


SEMARANG- Belum lama ini diadakan pelatihan penderita gawat darurat atau basic trauma and cardiac live support (BTCLS) , di Kampus Unimus, Kedungmundu Raya No 18. Kegiatan itu merupakan kerja sama antara Program S1 Keperawatan Unimus dan lembaga Ambulans Gawat Darurat (AGD) 118 Jakarta.

Para peserta terdiri atas perawat, bidan, pembimbing klinik dari sejumlah rumah sakit, wakil institusi pendidikan keperawatan, serta dosen keperawatan Unimus. Selama empat hari, mereka mendapatkan pembekalan materi dari instruktur AGD 118 yang merupakan dokter spesialis dan perawat berpengalaman.

Dalam pelatihan ini peserta diharapkan mampu melaksanakan penanganan kegawatdaruratan secara tepat dan cepat di manapun dan dalam kondisi apapun. Salah seorang peserta, Salah Sri Hananto Ponco Nugroho S.Kep, Ns menyebutkan, pelatihan itu sangat bermanfaat menambah skill dan profesionalisme dosen. (Harian: SUARA MERDEKA)